LAPORAN
HASIL SURVEY DAN ANALISIS KEGIATAN DISIPLIN DI LINGKUNGAN SEKITAR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
Isu-isu Pendidikan dan Olahraga
Oleh
NAMA :
RIAN HANDIKA
NIM :
8166117016
KELAS :A/
PENDIDIKAN OLAHRAGA
PRODI MAGISTER
PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Disiplin
sangat penting dalam setiap aspek kehidupan, terutama untuk menumbuhkan
kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik dan teratur. Disamping itu disiplin
bermanfaat mendidik setiap individu untuk mematuhi dan menyenangi
peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang
pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada
merupakan penyebab terbanyak tindakan
indisipliner. Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan,
apabila upaya pendidikan yang diberikan telah gagal, karena tidak ada
orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan
kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut.
Tindakan indisipliner sebaiknya dilaksanakan dengan
cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur
yang berlaku menurut tingkat pelanggaran dan
klasifikasinya.
Salah
satu aspek yang memerlukan kedisiplinan adalah olahraga. Dalam hal berolahraga kita
mengamati lebih mendalam penampilan-penampilan para atlet. Bagi para atlet
tentu disiplin adalah salah satu sikap yang harus dimiliki. Karena para atlet
harus disiplin untuk latihan, mengatur pola makan, mengatur waktu istirahat,
dan sebagainya. Sehingga akan menjadi pengaruh yang baik bagi atlet itu sendiri
dan juga lingkungan sekitarnya.
1.2
Tujuan
Sebagai
mahasiswa olahraga, kita harus mengetahui betapa pentingnya pengendalian diri
bagi diri kita. Sebab pengendalian diri atau disiplin yang tertanam dihati para
atlet bisa menjadi suatu dorongan semangat bagi kitadalam melakukan latihan
disaat stres yang kita alami diluar yang bisa menenangkan hati dan pikiran agar
berkonsentrasi melakukan latihan.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
Tatacara
kehidupan mengandung arti bahwa tingkah tingkah laku seseorang diatur dalam
keharusan untuk memperlihatkan suatu tingkah laku. Disiplin itu perlu
ditanamkan sedikit demi sedikit agar anak dapat mengembangkan sikap disiplin
dengan sendirinya.
2.1
Pengertian disiplin
Disiplin
merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi pemerintah maupun
swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin
belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Disiplin secara etimologi berasal
dari bahasa latin “ disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan
perkembangan bahasa, kata tersebut mengalami perubahan menjadi ‘disipline” yang
artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Berbeda dengan pendapat
yang menyatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang
berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak
terhadap pekerjaan. Sekarang ini kata displin telah berkembang mengikuti
kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak para ahli baik ahli bahasa maupun
sosial dan etika dan estetika memberikan definisi yang berbeda-beda.
Ada
beberapa tokoh yang mendefinisikan disiplin sebagai sebuah proses yang harus
ditempuh sebagaimana diringkas seperti berikut ini; Disiplin
merupakan hasil belajar dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan behavioral
(Toto Asmara). Disiplin merupakan wujud nyata dari penghargaan kita pada diri
sendiri dan orang lain (Tim Penulis Grasindo). Disiplin adalah proses pelatihan
pikiran dan karakter, yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri
sendiri dan menumbuhkan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai
tertentu (Andrias Harefa). Disiplin adalah merujuk pada autoriti, keadaan kelas
yang teratur, program studi yang sitematik, serta cara penetapan peraturan atau
hukuman (R. F. Olivia).
Dari
beberapa definisi tersebut dapat difahami bahwa disiplin adalah serangkaian
pelatihan atau pembiasaan yang untuk meningkatknya kemampuan aspek kognitif,
afektif dan behavioral serta pengendalian diri yang menjadi habit dalam
kehidupan.
Ada
juga yang mendefinisikan bahwa disiplin merupakan potensi diri siswa yang perlu
diekflor dalam proses pembelajaran yang berlangsung sebagaimana dipaparkan
berikut; Disiplin merupakan salah
satu aspek perkembangan seorang individu yang berkaitan dengan cara untuk
mengkoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku baik tanpa
merusak harga diri anak (Euis Sunarti).
Pada
hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin
diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan
efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan
dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana
hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan
perilaku yang bertanggung jawab
Berikut
ini adalah pengertian dan definisi disiplin sebagaimana dipaparkan sebagai
berikut; Disiplin adalah hubungan
tata tertib, tata susila, adab, akhlak, dan kesopanan (Abdullah Sani Bin
Yahaya). Disiplin adalah jembatan antara tujuan dan prestasi (Jim
Rohn).Disiplin merupakan latihan yang diberikan kepada murid supaya mereka
bertindak sesuai dengan peraturan di rumah, sekolah, dan masyarakat (Mizan
Adiliah). Disiplin adalah beraneka aturan yang menjadi petunjuk dan pegangan
kehidupan beradab suatu masyarakat agar dapat melangsungkan keberadaannya dalam
keadaan aman, tertib, serta terkendali berdasarkan hukum dalam semua aspek
kehidupan (Sukono) Disiplin adalah tata tertib ( di sekolah, kemiliteran, dsb)
atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, dsb) (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
Disiplin yang diartikan
dalam kaitannya dengan ancaman dan hukuman, dari sisi lain disiplin
juga erat kaitannya dengan pengawasan atau kontrol dan proses belajar. Prinsip mengontrol diri
sendiri merupakan hal yang penting dalam disiplin Atlet yang menunjukkan
kebiasaan selalu menepati ketentuan, peraturan dan nilai-nilai, berarti dapat
mengontrol diri sendiri untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan ataupun
nilai yang brelaku. Sebaliknya atlet yang tidak bisa mengontrol diri akan sering
melakukan sesuatu yang bertentangan atau melanggar ketentuan dan nilai. Disiplin ada hubungannya
dengan sikap penuh rasa tanggung jawab, karena atlet yang disiplin cenderung
untuk menepati, mendukung dan mempertahankan nilai-nilai yang diantutnya. Rasa
tanggung jawab untuk memenuhi dan mematuhi nilai-nilai tersebut akan berkembang
menjadi sikap dan berdampak panjang terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, melalui program olahraga dilingkungan pesantren atau dimasyarakat merupakan
program investasi menyeluruh yang akan berdampak panjang hingga manusia itu dewasa.
2.2 Hakikat Disiplin
Sekilas
dalam membahas pengertian disiplin di atas, kita sudah menyentuh mengapa
disiplin itu perlu. Misalnya, makna disiplin dalam Bahasa Inggris menunjukkan
bahwa tujuan dari disiplin adalah melahirkan ketaatan pada aturan dan
pengendalian diri. Dalam pengertian Bahasa Arab, disiplin juga diperlukan untuk
menegakkan kemaslahatan umum. Selain itu, tujuan disiplin juga adalah menjaga
diri seseorang agar tidak jatun berbagai kesalahan, atau lebih luas lagi, agar
seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam pengertian
terakhir ini, kata ta’dîb identik dengan pendidikan.
Dengan
demikian, tujuan dari disiplin, jika kita melihatnya dalam pengertian yang
luas, adalah tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut, tentu diperlukan metode-mdetode tertentu. Tidak ada ketentuan yang
baku dalam hal metode ini kecuali dua hal: (1) metode tidak boleh bertentangan
dengan tujuan; (2) metode yang baik adalah metode yang paling efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan.
Metode
tidak boleh bertentangan dengan tujuan. Ini prinsip yang amat penting. Tujuan
yang baik, yang dicapai melalui cara-cara yang salah, akan merusak tercapainya
tujuan tersebut. Kalau saya mencuri dengan tujuan bersedekah kepada fakir
miskin, tindakan saya itu tetap haram, dan sedekah saya tidak berpahala. Kalau
saya ingin agar anak saya menjadi seorang yang baik, tetapi saya membiarkan dia
bergaul dengan orang-orang yang nakal dan jahat, maka saya sudah melakukan cara
yang bertentangan dengan tujuan.
Tetapi Anda mungkin akan berkata,
kalau persoalan jelas hitam-putih seperti contoh-contoh di atas, maka takkan
ada masalah. Yang jadi masalah adalah ketika cara-cara tertentu oleh sebagian
orang dianggap wajar, sebagian lagi menganggapnya tidak wajar bahkan melanggar
hukum. Misalnya, bisakah orangtua atau guru menempeleng anak didiknya yang
melakukan kesalahan besar dengan tujuan agar anak itu jera? Di zaman sekarang,
pemukulan pada anak bisa dijerat hukum karena dianggap melakukan tindak
kekerasan pada anak.
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, saya berpendapat bahwa perubahan sosial budaya
masyarakat akan menentukan cara-cara apa saja yang dapat diterima dalam
mendidik anak. Barangkali, di zaman dulu pukul dan tempeleng itu dianggap wajar
dan biasa. Budaya masyakarat kita pada saat itu lebih bersifat paternalistik
(tunduk pada figur ayah atau guru) dan komunal (kepentingan kelompok lebih
diutamakan daripada kepentingan indvidu). Sekarang zaman berubah. Anak-anak
kita semakin berpendidikan, dan budaya kita semakin individualis dalam arti
orang dihargai lebih sebagai diri pribadi ketimbang sebagai anggota dari satu
kelompok. Perubahan sosial ini membuat apa yang dulu wajar, sekarang malah
dianggap melanggar hukum.
Apakah
perubahan ini patut disyukuri atau disesali? Saya kira kita tak perlu bersyukur
atau menyesal karena yang penting adalah prinsip kedua dalam menerapkan metode,
yaitu sejauhmana sebuah metode efektif mencapai tujuan yang diinginkan. Kalau
di zaman dulu anak-anak menjadi disiplin karena takut pada guru atau orangtua
yang kalau marah bisa saja memukulnya, sekarang kalau dipukul barangkali mereka
tidak akan bertambah disiplin, melainkan bertambah nakal. Jika demikian halnya,
maka cara yang diterapkan harus diubah, yakni dengan cara-cara persuasif dan
kasih sayang. Selain itu, karakter masing-masing anak dan latar belakang sosial
keluarganya, seringkali berpengaruh pula terhadap metode apa yang efektif untuk
anak tersebut. Maka dalam hal ini, seorang pendidik harus jeli dan bisa
memahami karakter masing-masing anak didiknya. Anak miskin dari keluarga tidak
terpelajar, yang tiap hari diomelin di rumah, mungkin akan berbeda cara
penanganannya dengan anak orang berduit dari keluarga terpelajar. Singkat kata,
tidak ada metode yang benar-benar universal.
2.3
Mengapa Manusia Perlu Disiplin
Mengapa
manusia perlu dilatih dan dididik dengan disiplin? Karena manusia adalah
makhluk yang belum selesai. Sejak lahir, dia harus diasuh dan
ditumbuhkembangkan, baik kehidupan fisik, psikis ataupun sosialnya. Manusia
tidak seperti binatang yang tidak lama setelah lahir sudah bisa mengikuti pola
hidup orangtuanya. Tetapi berbeda dengan binatang, manusia dapat terus maju dan
berkembang. Ia dapat mewariskan kepandaiannya kepada generasi muda, yang akan
mengembangkannya lagi sampai batas yang tak pernah diketahui.
2.4
Perkembangan Disiplin
Perkembangan disiplin yang mengandung kepatuhan atau
ketaatan pada nilai-nilai, terutama sekali dimulai sejak masa kanak-kanak,
peranan pada orang tua dan linkungan pergaulan masa kecil sangat besar
pengaruhnnya pada perkembangan disiplin anak selanjutnnya.
Sesuai teori belajar maka pengaruh pendidikan akan besar
terhadap perkembangan sikap dan tingkah laku manusia. Tiga masalah utama dari
jenjang yang dianggap paling penting adalah:
·
tidak adannya disiplin
·
penggunaan obat terlarang
dan
·
kurikulum yang kurang baik
Dalam olahraga atlet selalu menghadapi pilihan antara
melakukan ketentuan sesuai program latihan yang ditetapkan atau mangkir dari
latihan, antara patuh pada peraturan dan bertindak sportif dengan melanggar
peraturan asal dapat memenangkan pertandingan, dsb-nya.
Dalam bannyak hal bertentangan batin antara mengutamakan
kepentingan pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan
tatangan terhadap kuat-lemahnya disiplin individu. Motivasi untuk mendapat kepuasan
individu apabila tidak diimbangi dengan motivasi social yang positif dan kuat,
dapat menjurus kearah tindakan yang tidak patuh pada nilai-nilai atau tindakan
yang melanggar disiplin.
2.5
Disiplin Semu dan “
self-discipline “
Disiplin semu adalah disiplin yang tanpak dipemukaan
saja, kepatuhan yang dilandasi disiplin semu tidak dapat bertahan lama, karena
disiplin semu terjadi hanya pada saat pengawasan, disertai rasa takut pada
sangsi dan ancaman pelatih tanpa ada kesadaran.
Disiplin sering diartikan dalam kaitanya dengan ancaman
dan hukuman, dari sisi lain disiplin juga erat kaitannya dengan pengawasan atau
control dan proses belajar.
Prinsip mengontrol diri sendiri merupakan hal yang
terpenting dalam disiplin, atlet yang menunjukan kebiasaan selalu menepati
ketentuan, peraturan, dan nilai-nilai, berarti dapat mengontrol diri-sendiri
untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan ataupun nilai-nilai yang berlaku.
Disiplin ada hubungannya dengan sikap penuh rasa tanggung
jawab, karena atlet yang berdisiplin cenderung untuk menepati, mendukung dan
mempertahankan nilai-nilai yang dianutnnya. Sikap untuk mendukung dan
mempertahankan nilai-nilai yang dianutnnya, atlet akan berusaha untuk tidak
mengingkari dan sedapat-dapatnnya mematuhi.
Sehubungan dengan itu maka atlet yang disiplin akan setia
untuk menepati kebiasaan hidup sehat, mematuhi petunjuk-petunjuk pelatihnya,
setia untuk melakukan program-program latihan, sehingga memberi kemungkinan
lebih besar untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginnya.
Atlet yang memiliki disiplin diri sendiri sudah memiliki
kesadaran untuk berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, dan menjaga
kondisi fisik dan kesegaran jasmaninnya, dan dapat menguasai diri untuk tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan atau yang dapat merugikan
diri sendiri dan lebih lanjut selalu akan berusaha untuk hidup dan berusaha
berbuat sebaik-baiknnya sesuai dengan citrannya sebagai atlet yang ideal.
Disiplin yang disertai pemahaman dan kesadaran erat
hubungannya dengan sikap penuh tanggung jawab dan individu yang bersangkutan
cenderung berusaha menepati, mendukung, dan mempertahankan nilai-nilai yang
dianutnnya.rasa tanggung jawab yang dipatuhi, tidak mengingkari, dan harapan
akan kelangsungan nilai-nilai akang berkembang menjadi sikap hidupnnya
sehari-hari.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Hasil Survey dan Analisis Kegiatan Disiplin di Lingkungan Sekitar
No
|
Lokasi/tempat
|
Hari/tanggal
|
waktu
|
kejadian
|
1
|
Alun-alun kota Padangsidimpuan
|
Jum’at / 21-10-2016
|
14.30
|
Tidak disiplin / tidak teraturnya masyarakat dalam
menyampaikan aspirasi di saat demo berlangsung sehingga jalanan menjadi
macet.
|
2
|
Spbu kota Padangsidimpuan
daerah Sitamiang
|
Sabtu/ 22-10-2016
|
18.00
|
Tidak disiplin / tidak teraturnya saat menunggu
antrian di spbu karena mau mengejarkan waktu sholat magrib
|
3
|
Lampu merah kota Padangsidimpuan
|
Minggu/ 23-10-2016
|
14.00
|
Tidak disiplin/ tidak sabarnya menunggu lampu merah
sehingga lampu merah ditrobos
|
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak ditemukan sikap tidak disiplin yang dilakukan
masyarakat. Dalam hal ini ada beberapa contoh ketidakdisiplinan yang terjadi
seperti yang terlihat dalam tabel di atas. Pada hari jumat 21 Oktober 2016 di
alun-alun kota Padangsidimpuan, sekelompok masyarakat melakukan demo yang tidak
beraturan. Hal ini menyebabkan jalanan di sekitar alun-alun kota tersebut macet
dan membuat pengguna jalan yang lain menjadi terganggu. Masih banyak cara dalam
menyampaikan aspirasi, misalnya dengan mengirimkan beberapa perwakilan saja
untuk menyampaikan aspirasinya kepada tokoh masyarakat yang ditujukan, atau
melakukan demo dengan lebih teratur. Jadi, masyarakat lain yang tidak ikut
dalam demo tetap bisa melakukan aktivitas masing-masing dengan baik dan tidak
merasa terganggu.
Dalam kasus kedua, yaitu di spbu
kota Padangsidimpuan daerah Sitamiang sering terjadi ketidakdisiplinan dalam
mengantri. Terutama di jam-jam sibuk, seperti saat menjelang maghrib masyarakat
yang mengantri di spbu tersebut pasti merasa terburu-buru sehingga antriannya
menjadi tidak teratur yang membuat jalanan macet, dan pekerja di spbu tersebut
juga kewalahan dalam melayani konsumen. Dalam hal mengantri seharusnya
dilakukan dengan teratur dan setiap individu harus bersabar.
Pada kasus ketiga sudah menjadi hal
yang sangat biasa di kota Padangsidimpuan. Masyarakat di kota tersebut tidak
pernah memperdulikan lampu lalu lintas. Walaupun lampu masih menunjukkan warna
merah yang artinya berhenti pengendara tetap melaju tanpa memperdulikannya. Hal
ini tentu saja sangat berbahaya bagi pengendara itu sendiri dan juga pengendara
lainnya. Karena sikap tidak disiplin tersebut bisa menyebabkan kecelakaan lalu
lintas. Walaupun tidak ada petugas kepolisian yang berjaga, harusnya pengendara
memiliki kesadaran sendiri untuk menjaga keselamatannya.
3.2
Hubungan kedisiplinan dengan Olahraga
Dari beberapa contoh yang diuraikan
di atas, dapat kita ketahui bahwa memiliki sikap disiplin sangat penting dalam
menjalani kegiatan sehari-hari. Salah satunya dalam olahraga, sikap disiplin
itu sangat diperlukan. Contohnya bagi para atlet, atlet yang memiliki disiplin diri setia
untuk menepati kebiasaan hidup sehat, mematuhi petunjuk-petunjuk pelatih, setia
untuk melakukan program-program latihan. Sehingga memberikan kemungkinan lebih
besar untuk mencapai prestasi maksimal. Disiplin pada diri atlet jika
dikembangkan lebih lanjut dapat menimbulkan pemahaman dan kesadaran lebih
mendalam untuk mematuhi nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang
berlaku, meskipun tidak ada yang memerintah, memberi sangsi, dan mengawasinya.
Bahkan akhirnya atlet mematuhi rencana-rencana yang dibuatnya sendiri, sesuai
dengan nilai-nilai yang diketahuinya. Atlet yang memiliki disiplin diri,
memiliki kesadaran untuk berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, menjaga
kondisi fisik, dan kesegaran jasmaninya, dapat menguasai diri untuk tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan atau yang dapat merugikan
kesehatan dirinya, selalu berusaha untuk hidup dan berbuat sebaik-baiknya
sesuai dengan citranya sebagai atlet yang ideal.
Atlet
yang telah mampu menumbuhkan disiplin diri memiliki “citra-diri” sebagai orang
yang disiplin. Disiplin yang disertai pemahaman dan kesadaran erat hubungannya
dengan sikap tanggung jawab, individu yang bersangkutan cenderung berusaha
menepati, mendukung, dan mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Rasa
tanggung jawab untuk patuh, tidak mengingkari, dan harapan untuk kelangsungan
nilai-nilai akan berkembang menjadi sikap hidupnya sehari-hari.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Disiplin bukan sikap
yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat kepribadian sejak lahir juga akan
ikut menentukan. Disiplin latihan merupakan salah satu aspek psikologis yang
sangat penting bagi atlet. Disiplin seseorang terlihat dari kesediaan untuk mereaksi
dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku. Disiplin latihan atlet adalah
kesadaran dan ketaatan atlet terhadap ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan latihan. Sikap disiplin dalam latihan olahraga sangat
penting karena sikap ini menjadi wujud pengendalian diri, sehingga seorang
atlet akan bertanggung jawab dengan setiap perilakunya. Seorang atlet akan
sulit berkembang tanpa kedisiplinan meskipun mempunyai kualitas dan bakat yang
baik. Kemudian karena banyak hal bertentangan batin antara mengutamakan
kepentingan pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan
tatangan terhadap kuat-lemahnya kedisiplinan. Oleh karena itu sebagai seorang
atlet bisa memiliki disiplin dan pengendalian diri baik dalam olahraga maupun
dalam bermasyarakat. Penanaman disiplin harus dilandasi pengertian pokok
mengenai pengendalian diri dan disiplin, yang intinnya menanamkan kepatuhan
yang didasarkan atas pemahaman dan kesadaran, serta tanggung jawab.
4.2
Saran
Makalah ini bisa dijadikan sebagai referensi tentang
kedisiplinan. Tidak hanya dalam ilmu olahraga, tetapi bisa juga digunakan untuk
bidang ilmu yang lain. Karena kedisiplinan yang dibahas di sini bersifat umum
walaupun ada yang dikaitkan dengan ilmu olahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar