Selasa, 03 September 2019

TUGAS LAPORAN HASIL SURVEY DAN ANALISIS KEGIATAN DISIPLIN DI LINGKUNGAN SEKITAR


LAPORAN HASIL SURVEY DAN ANALISIS KEGIATAN DISIPLIN DI LINGKUNGAN SEKITAR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Isu-isu  Pendidikan dan Olahraga



Oleh
NAMA   : RIAN HANDIKA
NIM        : 8166117016
KELAS   :A/ PENDIDIKAN OLAHRAGA

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016



BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang

Disiplin  sangat  penting dalam setiap aspek kehidupan, terutama untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik dan teratur. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik setiap individu untuk mematuhi dan menyenangi  peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang  pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada  merupakan  penyebab  terbanyak  tindakan  indisipliner. Tindakan  disipliner  sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang  diberikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan  kesalahan  dan  harus  belajar dari kesalahan tersebut.   Tindakan  indisipliner  sebaiknya dilaksanakan dengan  cara  yang  bijaksana sesuai dengan prinsip dan  prosedur yang  berlaku  menurut tingkat  pelanggaran  dan  klasifikasinya.
Salah satu aspek yang memerlukan kedisiplinan adalah olahraga.  Dalam hal berolahraga kita mengamati lebih mendalam penampilan-penampilan para atlet. Bagi para atlet tentu disiplin adalah salah satu sikap yang harus dimiliki. Karena para atlet harus disiplin untuk latihan, mengatur pola makan, mengatur waktu istirahat, dan sebagainya. Sehingga akan menjadi pengaruh yang baik bagi atlet itu sendiri dan juga lingkungan sekitarnya.

1.2       Tujuan

Sebagai mahasiswa olahraga, kita harus mengetahui betapa pentingnya pengendalian diri bagi diri kita. Sebab pengendalian diri atau disiplin yang tertanam dihati para atlet bisa menjadi suatu dorongan semangat bagi kitadalam melakukan latihan disaat stres yang kita alami diluar yang bisa menenangkan hati dan pikiran agar berkonsentrasi melakukan latihan.

  BAB II
                                                               TINJAUAN TEORI

Tatacara kehidupan mengandung arti bahwa tingkah tingkah laku seseorang diatur dalam keharusan untuk memperlihatkan suatu tingkah laku. Disiplin itu perlu ditanamkan sedikit demi sedikit agar anak dapat mengembangkan sikap disiplin dengan sendirinya.

2.1       Pengertian disiplin

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Disiplin secara etimologi berasal dari bahasa latin “ disibel” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan bahasa, kata tersebut mengalami perubahan menjadi ‘disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan. Sekarang ini kata displin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak para ahli baik ahli bahasa maupun sosial dan etika dan estetika memberikan definisi yang berbeda-beda.
Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan disiplin sebagai sebuah proses yang harus ditempuh sebagaimana diringkas seperti berikut ini; Disiplin merupakan hasil belajar dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan behavioral (Toto Asmara). Disiplin merupakan wujud nyata dari penghargaan kita pada diri sendiri dan orang lain (Tim Penulis Grasindo). Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan menumbuhkan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu (Andrias Harefa). Disiplin adalah merujuk pada autoriti, keadaan kelas yang teratur, program studi yang sitematik, serta cara penetapan peraturan atau hukuman (R. F. Olivia).
Dari beberapa definisi tersebut dapat difahami bahwa disiplin adalah serangkaian pelatihan atau pembiasaan yang untuk meningkatknya kemampuan aspek kognitif, afektif dan behavioral serta pengendalian diri yang menjadi habit dalam kehidupan.

Ada juga yang mendefinisikan bahwa disiplin merupakan potensi diri siswa yang perlu diekflor dalam proses pembelajaran yang berlangsung sebagaimana dipaparkan berikut; Disiplin merupakan salah satu aspek perkembangan seorang individu yang berkaitan dengan cara untuk mengkoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku baik tanpa merusak harga diri anak (Euis Sunarti).
Pada hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab
Berikut ini adalah pengertian dan definisi disiplin sebagaimana dipaparkan sebagai berikut; Disiplin adalah hubungan tata tertib, tata susila, adab, akhlak, dan kesopanan (Abdullah Sani Bin Yahaya). Disiplin adalah jembatan antara tujuan dan prestasi (Jim Rohn).Disiplin merupakan latihan yang diberikan kepada murid supaya mereka bertindak sesuai dengan peraturan di rumah, sekolah, dan masyarakat (Mizan Adiliah). Disiplin adalah beraneka aturan yang menjadi petunjuk dan pegangan kehidupan beradab suatu masyarakat agar dapat melangsungkan keberadaannya dalam keadaan aman, tertib, serta terkendali berdasarkan hukum dalam semua aspek kehidupan (Sukono) Disiplin adalah tata tertib ( di sekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib, dsb) (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Disiplin yang diartikan dalam kaitannya dengan ancaman dan hukuman, dari sisi lain disiplin juga erat kaitannya dengan pengawasan atau kontrol dan proses belajar. Prinsip mengontrol diri sendiri merupakan hal yang penting dalam disiplin Atlet  yang menunjukkan kebiasaan selalu menepati ketentuan, peraturan dan nilai-nilai, berarti dapat mengontrol diri sendiri untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan ataupun nilai yang brelaku. Sebaliknya atlet yang tidak bisa mengontrol diri akan sering melakukan sesuatu yang bertentangan atau melanggar ketentuan dan nilai.  Disiplin ada hubungannya dengan sikap penuh rasa tanggung jawab, karena atlet yang disiplin cenderung untuk menepati, mendukung dan mempertahankan nilai-nilai yang diantutnya. Rasa tanggung jawab untuk memenuhi dan mematuhi nilai-nilai tersebut akan berkembang menjadi sikap dan berdampak panjang terhadap kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, melalui program olahraga dilingkungan pesantren atau dimasyarakat merupakan program investasi menyeluruh yang akan berdampak panjang hingga manusia itu dewasa.

2.2  Hakikat Disiplin

Sekilas dalam membahas pengertian disiplin di atas, kita sudah menyentuh mengapa disiplin itu perlu. Misalnya, makna disiplin dalam Bahasa Inggris menunjukkan bahwa tujuan dari disiplin adalah melahirkan ketaatan pada aturan dan pengendalian diri. Dalam pengertian Bahasa Arab, disiplin juga diperlukan untuk menegakkan kemaslahatan umum. Selain itu, tujuan disiplin juga adalah menjaga diri seseorang agar tidak jatun berbagai kesalahan, atau lebih luas lagi, agar seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam pengertian terakhir ini, kata ta’dîb identik dengan pendidikan.
Dengan demikian, tujuan dari disiplin, jika kita melihatnya dalam pengertian yang luas, adalah tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu diperlukan metode-mdetode tertentu. Tidak ada ketentuan yang baku dalam hal metode ini kecuali dua hal: (1) metode tidak boleh bertentangan dengan tujuan; (2) metode yang baik adalah metode yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Metode tidak boleh bertentangan dengan tujuan. Ini prinsip yang amat penting. Tujuan yang baik, yang dicapai melalui cara-cara yang salah, akan merusak tercapainya tujuan tersebut. Kalau saya mencuri dengan tujuan bersedekah kepada fakir miskin, tindakan saya itu tetap haram, dan sedekah saya tidak berpahala. Kalau saya ingin agar anak saya menjadi seorang yang baik, tetapi saya membiarkan dia bergaul dengan orang-orang yang nakal dan jahat, maka saya sudah melakukan cara yang bertentangan dengan tujuan.
Tetapi Anda mungkin akan berkata, kalau persoalan jelas hitam-putih seperti contoh-contoh di atas, maka takkan ada masalah. Yang jadi masalah adalah ketika cara-cara tertentu oleh sebagian orang dianggap wajar, sebagian lagi menganggapnya tidak wajar bahkan melanggar hukum. Misalnya, bisakah orangtua atau guru menempeleng anak didiknya yang melakukan kesalahan besar dengan tujuan agar anak itu jera? Di zaman sekarang, pemukulan pada anak bisa dijerat hukum karena dianggap melakukan tindak kekerasan pada anak.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya berpendapat bahwa perubahan sosial budaya masyarakat akan menentukan cara-cara apa saja yang dapat diterima dalam mendidik anak. Barangkali, di zaman dulu pukul dan tempeleng itu dianggap wajar dan biasa. Budaya masyakarat kita pada saat itu lebih bersifat paternalistik (tunduk pada figur ayah atau guru) dan komunal (kepentingan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan indvidu). Sekarang zaman berubah. Anak-anak kita semakin berpendidikan, dan budaya kita semakin individualis dalam arti orang dihargai lebih sebagai diri pribadi ketimbang sebagai anggota dari satu kelompok. Perubahan sosial ini membuat apa yang dulu wajar, sekarang malah dianggap melanggar hukum.
Apakah perubahan ini patut disyukuri atau disesali? Saya kira kita tak perlu bersyukur atau menyesal karena yang penting adalah prinsip kedua dalam menerapkan metode, yaitu sejauhmana sebuah metode efektif mencapai tujuan yang diinginkan. Kalau di zaman dulu anak-anak menjadi disiplin karena takut pada guru atau orangtua yang kalau marah bisa saja memukulnya, sekarang kalau dipukul barangkali mereka tidak akan bertambah disiplin, melainkan bertambah nakal. Jika demikian halnya, maka cara yang diterapkan harus diubah, yakni dengan cara-cara persuasif dan kasih sayang. Selain itu, karakter masing-masing anak dan latar belakang sosial keluarganya, seringkali berpengaruh pula terhadap metode apa yang efektif untuk anak tersebut. Maka dalam hal ini, seorang pendidik harus jeli dan bisa memahami karakter masing-masing anak didiknya. Anak miskin dari keluarga tidak terpelajar, yang tiap hari diomelin di rumah, mungkin akan berbeda cara penanganannya dengan anak orang berduit dari keluarga terpelajar. Singkat kata, tidak ada metode yang benar-benar universal.

2.3       Mengapa Manusia Perlu Disiplin

Mengapa manusia perlu dilatih dan dididik dengan disiplin? Karena manusia adalah makhluk yang belum selesai. Sejak lahir, dia harus diasuh dan ditumbuhkembangkan, baik kehidupan fisik, psikis ataupun sosialnya. Manusia tidak seperti binatang yang tidak lama setelah lahir sudah bisa mengikuti pola hidup orangtuanya. Tetapi berbeda dengan binatang, manusia dapat terus maju dan berkembang. Ia dapat mewariskan kepandaiannya kepada generasi muda, yang akan mengembangkannya lagi sampai batas yang tak pernah diketahui.

2.4       Perkembangan Disiplin

Perkembangan disiplin yang mengandung kepatuhan atau ketaatan pada nilai-nilai, terutama sekali dimulai sejak masa kanak-kanak, peranan pada orang tua dan linkungan pergaulan masa kecil sangat besar pengaruhnnya pada perkembangan disiplin anak selanjutnnya.
Sesuai teori belajar maka pengaruh pendidikan akan besar terhadap perkembangan sikap dan tingkah laku manusia. Tiga masalah utama dari jenjang yang dianggap paling penting adalah:
·       tidak adannya disiplin
·       penggunaan obat terlarang dan
·       kurikulum yang kurang baik

Dalam olahraga atlet selalu menghadapi pilihan antara melakukan ketentuan sesuai program latihan yang ditetapkan atau mangkir dari latihan, antara patuh pada peraturan dan bertindak sportif dengan melanggar peraturan asal dapat memenangkan pertandingan, dsb-nya.
Dalam bannyak hal bertentangan batin antara mengutamakan kepentingan pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan tatangan terhadap kuat-lemahnya disiplin individu. Motivasi untuk mendapat kepuasan individu apabila tidak diimbangi dengan motivasi social yang positif dan kuat, dapat menjurus kearah tindakan yang tidak patuh pada nilai-nilai atau tindakan yang melanggar disiplin.

2.5       Disiplin Semu dan “ self-discipline “

Disiplin semu adalah disiplin yang tanpak dipemukaan saja, kepatuhan yang dilandasi disiplin semu tidak dapat bertahan lama, karena disiplin semu terjadi hanya pada saat pengawasan, disertai rasa takut pada sangsi dan ancaman pelatih tanpa ada kesadaran.
Disiplin sering diartikan dalam kaitanya dengan ancaman dan hukuman, dari sisi lain disiplin juga erat kaitannya dengan pengawasan atau control dan proses belajar.
Prinsip mengontrol diri sendiri merupakan hal yang terpenting dalam disiplin, atlet yang menunjukan kebiasaan selalu menepati ketentuan, peraturan, dan nilai-nilai, berarti dapat mengontrol diri-sendiri untuk tidak melanggar ketentuan dan peraturan ataupun nilai-nilai yang berlaku.
Disiplin ada hubungannya dengan sikap penuh rasa tanggung jawab, karena atlet yang berdisiplin cenderung untuk menepati, mendukung dan mempertahankan nilai-nilai yang dianutnnya. Sikap untuk mendukung dan mempertahankan nilai-nilai yang dianutnnya, atlet akan berusaha untuk tidak mengingkari dan sedapat-dapatnnya mematuhi.
Sehubungan dengan itu maka atlet yang disiplin akan setia untuk menepati kebiasaan hidup sehat, mematuhi petunjuk-petunjuk pelatihnya, setia untuk melakukan program-program latihan, sehingga memberi kemungkinan lebih besar untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginnya.
Atlet yang memiliki disiplin diri sendiri sudah memiliki kesadaran untuk berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, dan menjaga kondisi fisik dan kesegaran jasmaninnya, dan dapat menguasai diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan atau yang dapat merugikan diri sendiri dan lebih lanjut selalu akan berusaha untuk hidup dan berusaha berbuat sebaik-baiknnya sesuai dengan citrannya sebagai atlet yang ideal.
Disiplin yang disertai pemahaman dan kesadaran erat hubungannya dengan sikap penuh tanggung jawab dan individu yang bersangkutan cenderung berusaha menepati, mendukung, dan mempertahankan nilai-nilai yang dianutnnya.rasa tanggung jawab yang dipatuhi, tidak mengingkari, dan harapan akan kelangsungan nilai-nilai akang berkembang menjadi sikap hidupnnya sehari-hari.

                                                                       
BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Hasil Survey dan Analisis Kegiatan Disiplin di Lingkungan Sekitar

No
Lokasi/tempat
Hari/tanggal
waktu
kejadian
1
Alun-alun kota Padangsidimpuan
Jum’at / 21-10-2016
14.30
Tidak disiplin / tidak teraturnya masyarakat dalam menyampaikan aspirasi di saat demo berlangsung sehingga jalanan menjadi macet.
2
Spbu kota Padangsidimpuan daerah Sitamiang
Sabtu/ 22-10-2016
18.00
Tidak disiplin / tidak teraturnya saat menunggu antrian di spbu karena mau mengejarkan waktu sholat magrib
3
Lampu merah kota Padangsidimpuan
Minggu/ 23-10-2016
14.00
Tidak disiplin/ tidak sabarnya menunggu lampu merah sehingga lampu merah ditrobos
             
              Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan sikap tidak disiplin yang dilakukan masyarakat. Dalam hal ini ada beberapa contoh ketidakdisiplinan yang terjadi seperti yang terlihat dalam tabel di atas. Pada hari jumat 21 Oktober 2016 di alun-alun kota Padangsidimpuan, sekelompok masyarakat melakukan demo yang tidak beraturan. Hal ini menyebabkan jalanan di sekitar alun-alun kota tersebut macet dan membuat pengguna jalan yang lain menjadi terganggu. Masih banyak cara dalam menyampaikan aspirasi, misalnya dengan mengirimkan beberapa perwakilan saja untuk menyampaikan aspirasinya kepada tokoh masyarakat yang ditujukan, atau melakukan demo dengan lebih teratur. Jadi, masyarakat lain yang tidak ikut dalam demo tetap bisa melakukan aktivitas masing-masing dengan baik dan tidak merasa terganggu.
            Dalam kasus kedua, yaitu di spbu kota Padangsidimpuan daerah Sitamiang sering terjadi ketidakdisiplinan dalam mengantri. Terutama di jam-jam sibuk, seperti saat menjelang maghrib masyarakat yang mengantri di spbu tersebut pasti merasa terburu-buru sehingga antriannya menjadi tidak teratur yang membuat jalanan macet, dan pekerja di spbu tersebut juga kewalahan dalam melayani konsumen. Dalam hal mengantri seharusnya dilakukan dengan teratur dan setiap individu harus bersabar.
            Pada kasus ketiga sudah menjadi hal yang sangat biasa di kota Padangsidimpuan. Masyarakat di kota tersebut tidak pernah memperdulikan lampu lalu lintas. Walaupun lampu masih menunjukkan warna merah yang artinya berhenti pengendara tetap melaju tanpa memperdulikannya. Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi pengendara itu sendiri dan juga pengendara lainnya. Karena sikap tidak disiplin tersebut bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Walaupun tidak ada petugas kepolisian yang berjaga, harusnya pengendara memiliki kesadaran sendiri untuk menjaga keselamatannya.

3.2       Hubungan kedisiplinan dengan Olahraga

            Dari beberapa contoh yang diuraikan di atas, dapat kita ketahui bahwa memiliki sikap disiplin sangat penting dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Salah satunya dalam olahraga, sikap disiplin itu sangat diperlukan. Contohnya bagi para atlet, atlet yang memiliki disiplin diri setia untuk menepati kebiasaan hidup sehat, mematuhi petunjuk-petunjuk pelatih, setia untuk melakukan program-program latihan. Sehingga memberikan kemungkinan lebih besar untuk mencapai prestasi maksimal. Disiplin pada diri atlet jika dikembangkan lebih lanjut dapat menimbulkan pemahaman dan kesadaran lebih mendalam untuk mematuhi nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku, meskipun tidak ada yang memerintah, memberi sangsi, dan mengawasinya. Bahkan akhirnya atlet mematuhi rencana-rencana yang dibuatnya sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang diketahuinya. Atlet yang memiliki disiplin diri, memiliki kesadaran untuk berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, menjaga kondisi fisik, dan kesegaran jasmaninya, dapat menguasai diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan atau yang dapat merugikan kesehatan dirinya, selalu berusaha untuk hidup dan berbuat sebaik-baiknya sesuai dengan citranya sebagai atlet yang ideal.
            Atlet yang telah mampu menumbuhkan disiplin diri memiliki “citra-diri” sebagai orang yang disiplin. Disiplin yang disertai pemahaman dan kesadaran erat hubungannya dengan sikap tanggung jawab, individu yang bersangkutan cenderung berusaha menepati, mendukung, dan mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Rasa tanggung jawab untuk patuh, tidak mengingkari, dan harapan untuk kelangsungan nilai-nilai akan berkembang menjadi sikap hidupnya sehari-hari.


BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan

Disiplin bukan sikap yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat kepribadian sejak lahir juga akan ikut menentukan. Disiplin latihan merupakan salah satu aspek psikologis yang sangat penting bagi atlet. Disiplin seseorang terlihat dari kesediaan untuk mereaksi dan bertindak terhadap nilai-nilai yang berlaku. Disiplin latihan atlet adalah kesadaran dan ketaatan atlet terhadap ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan latihan. Sikap disiplin dalam latihan olahraga sangat penting karena sikap ini menjadi wujud pengendalian diri, sehingga seorang atlet akan bertanggung jawab dengan setiap perilakunya. Seorang atlet akan sulit berkembang tanpa kedisiplinan meskipun mempunyai kualitas dan bakat yang baik. Kemudian karena banyak hal bertentangan batin antara mengutamakan kepentingan pribadi atau lebih mengutamakan kepentingan umum, merupakan tatangan terhadap kuat-lemahnya kedisiplinan. Oleh karena itu sebagai seorang atlet bisa memiliki disiplin dan pengendalian diri baik dalam olahraga maupun dalam bermasyarakat. Penanaman disiplin harus dilandasi pengertian pokok mengenai pengendalian diri dan disiplin, yang intinnya menanamkan kepatuhan yang didasarkan atas pemahaman dan kesadaran, serta tanggung jawab.

4.2       Saran

Makalah  ini bisa dijadikan sebagai referensi tentang kedisiplinan. Tidak hanya dalam ilmu olahraga, tetapi bisa juga digunakan untuk bidang ilmu yang lain. Karena kedisiplinan yang dibahas di sini bersifat umum walaupun ada yang dikaitkan dengan ilmu olahraga.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar