TUGAS MINI RISERT
TINGKAT KEMAMPUAN SISWA MEMPEROLEH
KETERAMPILAN GERAK MELALUI PERMAINAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
Motor
control
Oleh
NAMA :
RIAN HANDIKA
NIM : 8166117016
KELAS : Por A
PRODI MAGISTER
PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan mini riset ini yang judulnya di tentukan oleh dosen pengampu dan
kami membahasa tentang menejemen gerak tubuh manusia.
Tugas mini riset ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan tugas ini sehingga ilmu pengetahuan
kami bertambah.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas mini riset motor control ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas mini riset motor
kontrol ini tentang menejemen gerak tubuh manusia bisa menambah wawasan maupun
inpirasi terhadap pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Anak-anak
mendapat tempat istimewa dalam masyarakat karena mereka yang akan menjadi
generasi penerus. Untuk hal itu maka perkembangan anak juga harus mendapat
perhatian yang khusus demi masa depan yang baik, dalam hal sekecil apapun kita
melakukan atau mengajarkan proses belajar yang salah maka stimulus respon
mereka juga akan negatif .“Belajar merupakan perubahan perilaku atau perubahan
kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari
proses pertumbuhan (Gagne,1989)”. Dan proses belajar anak dapat mereka lakukan
di mana saja (sumber belajar).
Dan
banyak sekali pada kondisi saat ini keluarga,lingkungan itu tidak memahami
proses pertumbuhan anak. Banyak anak yang ditekan dan ditarik kedalam proses
yang belum seharusnya mereka lakukan (demi kepuasan orang tua). Contoh: anak
usia sekitar 5-8 tahun yang seharusnya masih banyak bergerak tapi mereka di
hadapkan pada jadwal bimbel. Memang hal itu ada dampak positifnya demi
perkembangan kognitifnya. Tapi dampak pada yang akan datang, anak itu akan
mulai bosan dengan materi belajar disekolah dan keterampilan geraknya tidak
dapat maksimal atau otomatisasi gerak anak tidak dapat berkembang. Padahal manusia
mulai dari lahir sudah mempunyai gerak dasar yaitu: Lokomotor, Nonlokomotor, Manipulasi.
Jika anak tidak melakukan belajar atau tidak mengasah gerak dasar ini, apa yang
akan terjadi tetap saja anak tidak akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Demi
memaksimalkan anak dalam belajar motoriknya,”Belajar motorik sebagai
peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh
kondisi-kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman,dan bukan karena proses
kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis” (Rahantoknam,1988).
Karena proses ini sangat mendasar maka perlu di lakukannya suatu hal yang dapat
meningkatkan belajar motorik hingga ketempilan gerak anak dapat berkembang.
Untuk
meningkatkan belajar motorik anak juga perlu didasari dengan teori yang ada dan
sebuah penelitian langsung terhadap proses belajar motorik anak. Untuk
mengetahui hasilnya dengan valid.
1.2 Masalah/
Projek
1. Bagaimana
perkembangan kemampuan gerak dasar?
2. Bagaimana
perkembangan fase gerak?
3. Bagaimana
perkembangan keterampilan gerak?
4. Bagaimana alat minirisert kami dalam
management gerak tubuh?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui cara meningkatkan proses pembelajaran gerak anak.
2.
Untuk
mengetahui cara meningkatkan kemampuan gerak dasar anak.
3.
Untuk mengetahui cara meningkatkan
pembelajaran keterampilan gerak anak.
4.
Untuk
mengetahui
minirisert menggunakan ban sepada motor bekas, kun, untuk memperoleh
keterampilan.
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang gerak tubuh manusia,
terutama gerak tubuh pada anak-anak.
2.
Menambah
informasi tentang metode yang dapat digunakan untuk memperoleh keterampilan
gerak tubuh manusia.
BAB
II
KAJIAN
TEORITIS
2.1 Keterampilan
Gerak
Keterampilan
adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik
(Nasution, 1975: 28). Keterampilan gerak pada setiap orang
berbeda-beda, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor tingkatan
usia, pengalaman gerak. Sifat dasar dari sebuah keterampilan adalah
memaksa seorang pelajar untuk lebih membuat pertimbangan ketika merencanakan
belajar dari pengalaman. Untuk membantu praktisi memahami sifat dasar dari
keterampilan gerak, beberapa sistem klasifikasi atau taksonomi telah
mengembangkan keterampilan gerak dari beberapa unsur-unsur umum. Mengetahui
perbedaan keterampilan dapat membantu praktisi dalam merencanakan pembelajaran
dan mempraktekan pengalamannya sebagai sebuah titik awal untuk penilaian
penampilan
Pengertian
belajar gerak adalah Belajar suatu proses yang dilibatkan dalam melakukan gerak
dan penyaringan/seleksi suatu ketrampilan motorik tentang apa yang menjadi
penghambat gerak tersebut. Studi yang terkait belajar gerak yakni motor control
yang melibatkan system syaraf, phisik dan aspek tingkah laku tentang pergerakan
manusia. Dari latar belakang tersebut di atas perlu dibuat rancangan
pembelajaran siswa di sekolah agar tujuan pembelajaran dan keterampilan gerak
yang ingin dicapai bisa terlaksana dengan baik. Semua strategi pembelajaran
tidak akan sama dan efektif untuk semua pelajar sehubungan dengan perbedaan
individu. Masing-masing orang akan memiliki kemampuan yang berbeda, ciri yang
secara genetik menentukan peningkatan atau membatasi kemampuan kita untuk
menjadi terampil dalam satu tugas tertentu.
2.2 Periode
Fase Tahapan Perkembangan
Gerak
Pada
bagan “Jam Pasir” Gallahu (the phases and stages of motor development) di bawah
ini, nampak jelas pembagian periode usia yang dikaitkan dengan fase dan tahapan
perkembangan geraknya. Melalui bagan tersebut saya memilih untuk menganalisa
tahapan belajar keterampilan gerak pada periode usia 7 – 10 tahun pada Fase
Gerakan Spesialisasi dan Tahapan Transisi.
Fase Gerakan Spesialisasi adalah
gerakan stability, locomotor, dan manipulative
semakin halus, dapat dikombinasikan dan dikolaborasikan untuk situasi yang diinginkan. Tahapan transisi, Haubans tricker &
Seefeld, 1986; mengungkapkan bahwa anak-anak usia 7 – 8 tahun tahun akan
memasuki tahapan transisi. Pembelajar mulai menggabungkan dan mengaplikasikan
gerakan dasar ke bentuk kegiatan olahraga maupun aktivitas rekreasi.
Contoh:
berjalan di jembatan tali, lompat tali, dan bermain bola tending
(kickball) Konsep Periodisasi, Fase dan Tahap Perkembangan Motorik: yang
dipilih adalah kelas 2 Sekolah Dasar, dalam hal ini masuk ke dalam periode
perkembangan usia 7 – 10 tahun, fase gerakan spesialisasi, dan tahap
perkembangan gerak tahap transisi. Artinya: Keterampilan yang dipelajari siswa
dapat dimanfaatkan sebagai ajang rekreasi, dan bagi siswa yang memiliki
keterampilan yang baik dapat ditingkatkan sebagai ajang untuk meraih
prestasi. Dengan melihat model hourglass (jam pasir) tersebut sudah cukup
jelas bahwa perkembangan gerak anak mempunyai tahap-tahap dan perkembangan
gerak berdasarkan usianya. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam pembinaan atau
pembelajaran gerak anak peserta didik pada lembaga pendidikan baik formal
maupun non formal guna tercapainya tujuan pada aspek ruang lingkup olahraga
pendidikan,khususnya pendidikan jasmani.
2.3 Karakteristik
Perkembangan Gerak
Pada
anak Sekolah Dasar kelas II semester 1, anak masuk pada rentang usia 6 – 10
tahun. Adapun karakteristik anak SD tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut: Karakteristik Masa Anak-anak (anak besar), usia 6 Sampai 10 Tahun
ditinjau dari Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi
Program Perkembangan Gerak.
Berikut penjelasan tentang karakteristik
perkembangan gerak:
1.
Waktu untuk bereaksi melambat, menyebabkan
kesukaran mata menyampaikan dan memandang koordinasi kaki pada awal periode
ini. Pada akhirnya mereka secara umum lebih mapan.
2.
Anak laki-laki dan anak perempuan adalah
keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya
tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan
bagaimanapun sangat besar.
3. Kemampuan-kemampuan
gerakan yang paling pokok mempunyai potensi menjadi baik digambarkan oleh
permulaan dari periode ini.
4. Keterampilan-keterampilan
dasar penting bagi keberhasilan permainan menjadi modal untuk dikembangkan.
5. Aktivitas
yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang
pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti loncat katak atau menendang bola
yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang
mempertimbangkan untuk penguasaan gerak.
6. Periode
ini menandai suatu transisi dari kemampuan-kemampuan gerak dasar murni ke
penetapan ketrampilan-ketrampilan gerak transisi dalam kepemimpinan permainan
dan ketrampilan-ketrampilan atletis.
2.4 Unsur-Unsur Kemampuan yang Membentuk Keterampilan
Gerak
Agar memiliki keterampilan gerak yang baik, seseorang
harus belajar dan berlatih melakukan pola-pola gerak yang bermacam-macam dalam
jangka waktu yang relatif lama. Belajar dan berlatih yang perlu dilakukan, yang
pada dasarnya untuk meningkatkan kualitas fungsi-fungsi yang merupakan
unsur-unsur kemampuan yang membentuk keterampilan gerak.
Ada
3 kelompok kemampuan yang membentuk keterampilan gerak :
1. Kemampuan
Fisik
Fisik
sebagai fungsi untuk melakukan gerakan, kualitasnya perlu baik agar gerakan
bisa terampil. Dalam unsur fisik ini, yang membentuk keterampilan fisik meliputi :
a) Kekuatan (Strength)
b) Ketahanan (Endurance)
c) Kecepatan dan Kelincahan (Agilitas)
d) Kelenturan (Fleksibilitas)
e) Ketajaman indera
f) Kecepatan reaksi
2. Kemampuan Mental
Adalah kemampuan yang memerlukan fungsi fikir. Dalam
kemampuan mental termasuk juga kemampuan imajinasi. Ada 9 unsur yang termasuk
dalam kemampuan mental :
a) Kemampuan memahami gerakan yang akan dilakukan
b) Kecepatan memahami rangsangan (stimulus)
c) Kecepatan membuat keputusan
d) Kemampuan memahami hubungan jarak (spasial)
e) Kemampuan menaksir irama
f) Kemampuan mengingat gerakan
g) Kemampuan memahami mekanika gerakan
h) Kemampuan berkonsentrasi
3. Kemampuan Emosional
Kemampuan atau kondisi emosional juga berperan penting
dalam menghasilkan penampilan gerak yang terampil. Kemampuan atau kondisi emosi
awal yang berpengaruh pada saat melakukan gerak terhadap kualitas penampilannya
meliputi :
a) Kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan
b) Tidak ada gangguan emocional
c) Merasa perlu dan mau melakukan gerakan
d) Bersikap positif terhadap prestasi belajar gerak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Dalam
penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
menggunakan pendekaan deskriptif. Menurut Best dalam Sukardi (2008:157)
penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Penelitian
ini menggunakan triangulasi data yaitu dengan menggunakan teknik observasi,
pemeriksaan dokumen, wawancara dan kuisoner untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan management
gerak tubuh disekolah pada saat ekstrakulikuler.
3.2.Lokasi dan Sasaran Penelitian
Lokasi
penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Lokasi penelitian
ini diadakan di yayasan perguruan karang sari.
3.3.Sasaran Penelitian
a. Populasi
Populasi
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah semua murid yang mengikuti
ekstrakulikuler. Yaitu, guru dan murid.
b. Sampel
Penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling yang mana teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah siswa
c. Variabel
Penelitian
Variabel
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan management
gerak tubuh pada siswa.
3.4. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi,
pedoman wawancara, kuisoner dan melihat management gerak tubuh/keterampilannya.
3.5. Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini metode yang akan digunakan metode triangulasi dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara dan pemeriksaan dokumen.
1. Observasi
Dalam
hal ini penulis menggunakan teknik observasi partisipatif pasif dengan tujuan
untuk melihat dan mengamati secara langsung dengan mendatangi obyek yang akan diteliti,
adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu pengamatan proses keterampilan
gerak, pengamatan terhadap guru sarana dan prasarana yang digunakan selama kegiatan
berlangsung
2. Wawancara
Pelaksanaan
wawancara menggunakan teknik wawancara terstruktur, yang mana akan ditujukan
kepada guru
Adapun
pelaksanaan wawancara kepada guru karangsari dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang, keterampilan si anak, bagaimana keadaan sarana dan prasarana
yang digunakan untuk latihan.
3. Kuisoner
Tujuan dari teknik
ini adalah untuk memperoleh data siswa. Skala sikap dalam penelitian ini
bersifat tertutup agar tidak terdapat kesamaan jawaban masing-masing responden
sehingga proses pengolahan datanya lebih mudah. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuisioner skala sikap, yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden. Skala sikap yang digunakan adalah kuisoner skala sikap tipe
pilihan yang meminta responden untuk memilih jawaban, satu jawaban yang sudah
ditentukan. Alternatif jawaban dalam kuisoner skala sikap ini ditetapkan skor
yang diberikan untuk masing-masing pilihan seperti SB,B,CK,TB,TB.dan ini
mempunyai skor masing masing pilihan.
Keterangan
:
SB : Bila pernyataan tersebut sangat sesuai
dengan diri anda (5)
B : Bila pernyataan tersebut sesuai
dengan diri anda (4)
CK : Bila pernyataan tersebut kurang sesuai
dengan diri anda (3)
TB : Bila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan
diri anda (2)
STB : Bila pernyataan tersebut sangat tidak
sesuai dengan diri anda (1)
3.6.Analisis Data
Proses
analisis data pada penelitian ini dimulai dari periode pengumpulan data yang
kemudian melakukan aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah
analisis ditunjukkan sebagai berikut :
1) Data
Reduction (Reduksi Data)
Data
yang diperoleh dari lapangan kemudian dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
2) Data Display
(Penyajian Data)
Melalui
penyajian data ini, data akan terorganisasikan dan tersusun dengan pola
hubungan. Dalam mendisplaykan data, data yang dikelompokkan saat mereduksi data
kemudian disusun ke dalam urutan sehingga strukturnya dapat difahami.
3) Conclusion
Drawing / verification
Pada
tahap ini, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Pelaksanaan dalam mini risert menggunakan
metode modifikasi untuk memperoleh keterampilan gerak.
Jadi
alat yang dibuat dalam pelaksanaan di lapangan
dengan judul management gerak tubuh ini
menggunakan metode modifikasi untuk mengetahui keterampilan siswa sekolah dasar
dalam pelaksanaannya ekstrakulikuler dalam permainan futsal, yang melalui alat modifikasi atau alat bantu
latihan terhadap keterampilan gerak tubuh siswa dengan menggunakan ban sepeda
motor bekas sebagai rintangannya dan juga kun serta melakukan permainan lompat
katak.
Tujuan
dari alat yang diberikan agar tercapai kemampuan anak dalam mengkordinasikan
gerak tubuhnya yang meliputi kecepatan dan kekuatan melalui permainan dari
bahan-bahan sederhana, sehingga membuat variasi latihan tidak monoton. Dan
tujuan ini juga untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh latihan modifikasi terhadap keterampilan gerak tubuh
siswa. Berikut adalah gambaran gerakan
latihan yang akan dilakukan.
Gambar 1. Melompati ban motor dan mendribbling
Gambar 2. Meloncati ban dan berlari zigzag
Gambar 3. Gerakan menyentuh ujung ibu jari kaki
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Untuk mengidentifikasi kemampuan
anak dalam mengkoordinasi gerak tubuhnya meliputi kekuatan dan kecepatan dapat
dilakukan dengan permainan loncat katak dengan alat-alat sederhana seperti yang
dijelaskan dibab sebelumnya. Hasil kemampuan dasar loncat katak dilakukan
dengan pengkategorian menjadi lima kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup
baik, kurang baik, dan sangat kurang baik. Hasil analisis terhadap kemampuan
loncat katak siswa Yayasan Perguruan Karang Sari melalui tes keterampilan
loncat katak diperoleh dari 49 anak dalam melakukan tes loncat katak diperoleh
nilai minimum 225 centimeter sedangkan nilai maksimum 690 centimeter, dengan
rata-rata 507,90 centimeter. Deskripsi hasil kemampuan loncat katak yang telah
dilakukan melalui tes loncat katak siswa yayasan karang sari adalah sebagai
berikut :
Tabel
4.1. Kemampuan Loncat Katak Siswa Yayasan Perguruan Karang Sari
No. |
Nilai |
Kategori |
Jumlah |
Presentase |
1 |
|
Sangat Baik |
|
|
2 |
|
Baik |
|
|
3 |
|
Cukup Baik |
|
|
4 |
|
Kurang Baik |
|
|
5 |
|
Sangat Kurang Baik |
|
|
|
|
Jumlah |
|
|
Tabel di atas,
menunjukkan bahwa kemampuan loncat katak siswa Yayasan Perguruan Karang Sari
yang masuk dalam kategori sangat baik sebanyak 2 siswa atau sebesar 4,08%,
kategori baik sebanyak 13 siswa atau sebesar 26,53%, kategori cukup baik
sebanyak 19 siswa atau sebesar 38,78%, kategori kurang baik sebanyak 11 siswa
atau sebesar 22,45%, kategori sangat kurang baik sebanyak 4 siswa atau sebesar
8,16%.
4.2
Pembahasan
Dalam penelitian ini
bermaksud untuk mengetahui kemampuan dasar loncat katak siswa yayasan perguruan
karang sari. Hasil yang telah dicapai sebagian besar berkategori cukup baik
dengan presentase sebesar 38,78%. Hasil tersebut diartikan bahwa siswa
mempunyai kemampuan yang baik dalam menguasai teknik dasar loncat katak.
Berdasarkan hasil penelitian
kemampuan anak dalam mengkoordinasi gerak tubuhnya meliputi kekuatan dan
kecepatan dapat diidentifikasi dengan permainan loncat katak dan diperoleh
hasil keterampilan dasar khususnya tes loncat katak masuk dalam kategori sangat
baik sebanyak 2 siswa atau sebesar 4,08%, kategori baik sebanyak 13 siswa atau
sebesar 26,53%, sedangkan ke tiga belas siswa kategori baik, yang berkategori
cukup baik sebanyak 19 siswa sebesar 38,78%, kategori kurang baik sebanyak 11
siswa atau sebesar 22,45%, sedangkan kategori sangat kurang baik sebanyak 4
siswa atau sebesar 8,16%.
Dengan demikian kategori
loncatan cukup baik. sehingga dapat diartikan bahwa siswa Yayasan Perguruan
Karang Sari, mempunyai kemampuan loncat katak sudah baik. Hal tersebut
dikarenakan tingkat keterlatihan siswa dalam meloncat sudah baik, keterlatihan
tersebut disebabkan dari kebiasaan anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari
yang sangat mendukung untuk terjadinya pembentukan otot kaki pada siswa,
sehingga siswa yang telah memiliki otot kaki sangat mendukung untuk melakukan
loncatan, khususnya loncat katak. Secara tidak sadar pembentukan otot selalu
dilakukan oleh seluruh siswa diantaranya di sekolah maupun di luar sekolah.
Dengan kebiasaan melakukan latihan meloncat secara langsung intensitas berlatihnya
semakin tinggi, yang menyebabkan kemampuan meloncat akan meningkat.
Selain itu beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat ketrampilan dasar loncat katak siswa Yayasan
Perguruan Karang Sari, diantaranya :
1. Faktor
Siswa
Motivasi
dan semangat serta kemampuan siswa sangat penting dan menentukan hasil
pembelajaran pendidikan jasmani. Pemahaman serta keaktifan siswa sangat
berpengaruh, ketika siswa mempunyai motivasi dan semangat pembelajaran akan
sangat mudah memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru penjasorkes.
2. Faktor
Guru
Guru harus menguasai
materi, teknik dan juga harus bisa memberikan contoh yang benar kepada siswanya
selain itu guru juga harus mampu menjadi motivator yang baik agar proses
pembelajaran menjadi lebih optimal. Karena keberhasilan pembelajaran bergantung
pada keberhasilan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Dari penelitian yang
dilakukan maka diperoleh hasil bahwa kemampuan anak dalam
mengkoordinasikan gerak tubuhnya lebih baik. Dengan alat-alat sederhana yang digunakan
saat latihan, kecepatan dan kekuatan gerak tubuh anak terlihat cukup baik.
Karena dengan alat sederhana tersebut anak-anak lebih bersemangat dalam
berlatih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kemampuan
anak dalam mengkoordinasi gerak tubuhnya meliputi kekuatan dan kecepatan dapat
diidentifikasi dengan permainan loncat katak dan diperoleh hasil keterampilan
dasar khususnya tes loncat katak masuk dalam kategori sangat baik sebanyak 2
siswa atau sebesar 4,08%, kategori baik sebanyak 13 siswa atau sebesar 26,53%,
sedangkan ke tiga belas siswa kategori baik, yang berkategori cukup baik
sebanyak 19 siswa sebesar 38,78%, kategori kurang baik sebanyak 11 siswa atau
sebesar 22,45%, sedangkan kategori sangat kurang baik sebanyak 4 siswa atau
sebesar 8,16%.
5.2
Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, saran yang dapat kami disampaikan diantaranya :
1. Bagi
Siswa
a. Diharapkan
siswa dapat mengikuti materi pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
b. Diharapkan
siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan juga mampu memahami kemampuan
mengkoordinasi gerak tubuhnya sendiri.
2. Bagi
Sekolah
a. Diharapkan
sekolah memberi kesempatan pada siswa untuk mengikuti lomba pada nomor Atletik
di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten.
b. Sekolah
memberi fasilitas alat olahraga pada nomor Atletik.
DAFTAR
PUSTAKA
http://omdompet.blogspot.com/2011/07/keterampilan-gerak.html
http://yusuffi48.blogspot.co.id/2014/05/makalah-belajar-motorik.html
http://catur31anggara.blogspot.co.id/2012/06/makalah-tbm-motorik.html
http://eprints.uny.ac.id/9523/3/bab%202-08209241004.pdf
http://cahayalaili.blogspot.co.id/2011/05/teknik-pengolahan-data-deskriptif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar